• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
Paroki Santo Paulus

Paroki Santo Paulus

  • Home
  • Katekese
    • Sakramen Ekaristi
    • Sakramen Tobat
    • Sakramen Baptis
  • Profile
    • Visi Misi
    • Sejarah Paroki Santo Paulus
    • Parochus dan DPPH Paroki Santo Paulus
  • Prosedur
    • Baptis Bayi/Anak
    • Komuni Pertama
    • Baptis Dewasa/ Terima Resmi
  • Berita
    • Kerahiman Ilahi
    • Lingkungan
    • OMK
  • Show Search
Hide Search

Sakramen

Sakramen Ekaristi

Famela Eva · August 28, 2025 ·

Sakramen Ekaristi merupakan perayaan iman umat dalam bentuk perjamuan sebagai ungkapan syukur dan kenangan atas kebaikan Allah yang menyelamatkan manusia berkat wafat dan kebangkitan Yesus.

Ekaristi adalah pusat hidup orang Katolik. Dalam Sakramen Ekaristi kita menyambut Tubuh Tuhan saat komuni. Hidup kita disatukan dengan Tuhan, artinya kita disucikan karena kita dijadikan Bait Allah dan kita juga disatukan dengan seluruh umat sebagai Tubuh Tuhan yang adalah Gereja itu sendiri.

Ekaristi sangat jelas dari Yesus sendiri. Sebelum penderitaan-Nya, Yesus bersantap bersama para murid-Nya untuk mengenang perjamuan paskah yahudi. Tetapi kesempatan ini menjadi lebih bermakna karena Yesus mengangkat perjamuan tradisi ini menjadi kenangan kehadiran-Nya dalam Gereja-Nya. “Makanlah, inilah tubuh-Ku, minumlah inilah darah-Ku. Buatlah ini sebagai kenangan akan Daku”

Gereja mengenang-Nya dalam perayaan Ekaristi. Bagian yang paling sakral adalah Doa Syukur Agung terutama saat konsekrasi. Saat Imam mengangkat Roti dan Anggur itulah saat dimana Allah sungguh hadir di antara kita secara istimewa dalam Roti dan Anggur yang sudah diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Dalam perayaan Ekaristi, roti yang dipakai adalah roti dari gandum yang tidak beragi dan anggur merupakan cairan yang diperas dari buah anggur dan mengalami fermentasi alamiah.

Baptis dewasa dan Penerimaan resmi berpuncak pada penerimaan Ekaristi sebagai rangkaian dari sakramen inisiasi. Bagi yang dibaptis pada masa kanak-kanak maka dapat menerima komuni pertama saat berumur genap 10 (sepuluh) tahun, telah mendapatkan pengajaran tentang misteri Kristus dalam waktu yang cukup sehingga mampu menyambut Tubuh Tuhan dengan iman dan khidmat, sangat dianjurkan mengikuti rekoleksi bersama orang tua dan melakukan pengakuan dosa terlebih dahulu.

Persyaratan administrasi calon komuni pertama adalah :

  • Akta kelahiran
  • Surat Baptis

Sakramen Baptis

Famela Eva · August 28, 2025 ·

Sakramen Baptis merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan iman akan Yesus Kristus dan dengan menerimanya orang akan menjadi anggota Gereja.

Menurut Injil, Yesus membaptis para murid-Nya begitupun para murid-Nya membaptis orang-orang. Pembaptisan yang diperintahkan Yesus dikaitkan dengan Allah Tri Tunggal Kudus yang Maha Esa “…pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat 28:19).

Sakramen Baptis menjadi pintu gerbang bagi sakramen lain artinya Sakramen Baptis menjadi syarat mutlak untuk menyambut sakramen lain secara sah. Dalam Kitab Hukum Kanonik kanon 842 ps 1 disebutkan “Orang yang belum dibaptis tidak dapat diijinkan menerima sakramen-sakramen lain dengan sah”.

Baptisan dikenal sebagai inisiasi Kristen yang melambangkan pembersihan dosa dan memasuki hidup baru yang berarti membangun sikap dan semangat pertobatan, meninggalkan cara hidup lama dan mengenakan hidup baru. Baptisan juga melambangkan kematian bersama Yesus. Dengan masuk ke dalam air, orang yang dibaptiskan itu dilambangkan telah mati. Saat ia keluar lagi dari air mengambarkan kebangkitannya kembali.  Dengan menerima pembaptisan kita dimasukkan ke dalam misteri Kristus : kita mati, dikuburkan dan dibangkitkan bersama Dia, kita menerima roh pengangkatan menjadi putera Allah. Orang yang dibaptis mempunyai kewajiban untuk mengambil bagian dalam imamat, kenabian dan rajawi Kristus. Artinya ia ikut ambil bagian dalam korban Kristus, tugas pewartaan dan penggembalaan Kristus.

Baptis memberi tanda bahwa kita menjadi milik Kristus selamanya karena memperoleh meterai kekal, tanda yang selamanya tak terhapus. Umat yang telah meninggalkan iman katoliknya dan kemudian kembali ke pangkuan Gereja Katolik tidak perlu dibaptis lagi tetapi secara pastoral perlu menyatakan tobatnya di hadapan umat beriman.

Penerimaan baptis dapat dikategorikan dalam Baptis Dewasa, Baptis Bayi/Anak dan Penerimaan Resmi.

Baptis dewasa adalah baptisan yang diberikan kepada yang sudah berusia genap 7 (tujuh) tahun dan yang sudah dapat menggunakan akal budi secara cukup. Umumnya baptis dewasa dilaksanakan bagi calon baptis (katekumen) yang telah menjalani hidup menggereja (Prakatekumenat) selama 6 (enam) bulan dan menjalani pembelajaran katekese (Katekumenat) selama 6 (enam) bulan. Diharapkan juga dilakukan masa pendalaman iman lanjutan bagi baptisan baru (Mistagogi).

Baptis bayi/anak adalah baptisan yang diberikan kepada yang belum berusia genap 7 (tujuh) tahun atau yang belum dapat menggunakan akal budi secara cukup meskipun sudah melebihi  7 (tujuh) tahun. Dalam hal ini yang diberi pelajaran adalah orang tua dan wali baptis mengenai makna sakramen baptis dan hak serta kewajiban yang melekat pada baptis. Orang tua juga dianjurkan untuk mengaku dosa sebelum perayaan pembaptisan anaknya.

Penerimaan resmi dilaksanakan bagi mereka yang baptisannya dilakukan di Gereja Kristen (anggota PGI)  yang dinyatakan sah oleh Gereja Katolik. Secara kriteria sah tidaknya baptis Kristen non-katolik berlaku material baptis (pencurahan dengan air) dan forma (rumus trinitas) yang dapat diteliti antara lain dalam surat baptisnya. Masa pembelajaran mengikuti masa pembelajaran baptis dewasa.

Pelayan Baptis adalah Uskup, Pastor Paroki atau Vikaris Parokial dan Diakon yang ditunjuk Pastor Paroki dan sedang bertugas di Paroki tersebut. 

Dalam tradisi gereja, sebelum air dicurahkan pada kepala calon baptis, pelayan baptis mengajak calon untuk mengakui imannya kepada Allah Tri Tunggal. Sesudah itu, pelayan baptis mengambil air dari bejana pembaptisan dan menuangkannya tiga kali pada dahi calon baptis sambil mengucapkan forma pembaptisan : “ … (sambil menyebut nama) aku membaptis engkau dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus”. Pelayan baptis kemudian mengurapi ubun-ubun orang yang dibaptis dengan minyak krisma dan mengenakan kain putih serta memberikan lilin yang bernyala kepada mereka.

Materia yang dipakai sebagai sarana sekaligus tanda mempunyai makna sbb :

  • Air , dengan air baptisan dibersihkan dari dosa dan diberi kehidupan baru
  • Minyak krisma, dengan minyak krisma baptisan diserupakan dengan Kristus yang diurapi Roh Kudus
  • Kain putih, tanda ciptaan baru yang mengenakan Kristus
  • Lilin, lambang Kristus cahaya dunia dan iman yang berkobar menjadi terang dunia 

Setiap calon baptis dapat memilih seorang bapak atau seorang ibu atau seorang laki dan perempuan sekaligus sebagai bapa/ibu baptis dengan syarat memiliki kualifikasi dan kehendak untuk berperan dan melakukan fungsi  sebagai bapa/ibu baptis, telah berumur 16 tahun, telah menerima sakramen inisiasi dan berperi-hidup sebagai orang Katolik yang baik dan tidak sedang menjalani hukuman gerejawi. Bapa /ibu baptis mempunyai kewajiban agar yang dibaptis menghayati hidup kristiani dan memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptis itu secara berkelanjutan sesudah pembaptisan.

Orang yang dibaptis memiliki nama baptis yang diambil dari nama orang kudus yang dapat ditemukan pada Ensiklopedi Orang Kudus, Puji Syukur, Kalender Liturgi dan Kitab Suci. Tradisi ini melambangkan pembaruan hidup setelah dipersatukan dengan Yesus Kristus sebagaimana orang kudus tersebut telah membarui hidupnya dengan meneladani hidup Yesus.

Persyaratan administrasi calon baptis antara lain :

  • Baptis dewasa : akta kelahiran, surat pernyataan bermeterai ingin menjadi penganut Katolik tanpa paksaan, surat baptis calon bapa/ibu baptis
  • Baptis bayi/anak : akta kelahiran, surat baptis orang tua (jika Katolik), surat baptis calon bapa/ibu baptis
  • Penerimaan resmi : akta kelahiran, surat baptis gereja asal

Pastor Paroki berhak melakukan penyelidikan kanonik kepada calon baptis untuk menentukan apakah calon baptis dapat diterima dalam proses pembelajaran.

Sakramen Tobat

Famela Eva · August 28, 2025 ·

Sakramen Pengampunan Dosa

Sakramen Tobat merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan iman orang berdosa akan pengampunan Allah yang berbelas kasih dalam Gereja.

Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1849 mengatakan bahwa Dosa adalah satu pelanggaran terhadap akal budi, kebenaran, dan hati nurani yang baik; ia adalah satu kesalahan terhadap kasih yang benar terhadap Allah dan sesama atas dasar satu ketergantungan yang tidak normal kepada barang-barang tertentu. Ia melukai kodrat manusia dan solidaritas manusiawi. Ia didefinisikan sebagai “kata, perbuatan, atau keinginan yang bertentangan dengan hukum abadi”

Gereja Katolik mengenal dua macam dosa yaitu Dosa berat dan Dosa ringan. KGK 1857 : Dosa berat ialah dosa yang mempunyai materi berat sebagai obyek dan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan dengan persetujuan yang telah dipertimbangkan. KGK 1862 : Dosa ringan dilakukan, apabila seorang melanggar peraturan hukum moral dalam materi yang tidak berat atau walaupun hukum moral itu dilanggar dalam materi yang berat, namun dilakukan tanpa pengetahuan penuh dan tanpa persetujuan penuh.

Dasar untuk Sakramen Tobat adalah perkataan Yesus sendiri sebelum naik ke Surga di dalam Yohanes 20:21-23; “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Yesus memberikan penugasan dan otoritas yang begitu penting kepada para murid, yaitu otoritas untuk mengampuni dosa. Memang hanya Tuhan yang mempunyai hak untuk mengampuni dosa manusia. Namun Yesus memberikan Roh KudusNya kepada para murid dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengampuni dosa untuk menguduskan umatNya sampai akhir jaman. Tugas para murid kemudian diteruskan oleh para uskup dan termasuk pembantu uskup, yaitu para pastor, maka kuasa mengampuni dosa yang diberikan oleh Yesus tidak hanya berhenti pada para rasul, melainkan diteruskan juga kepada para uskup dan para imam sebagai pelayan Sakramen Tobat.

Sakramen Tobat memiliki makna perdamaian yaitu mendamaikan manusia dengan Allah sehingga manusia hidup dalam rahmat, mendamaikan hubungan umat dengan Gereja sehingga menciptakan kebersamaan pada keseluruhan komunitas beriman, mendamaikan dengan semua mahluk dan alam sehingga melahirkan kesadaran akan sikap ramah kepada lingkungan.

Unsur dari Sakramen Tobat adalah :

  • Pengakuan; kita harus mengakukan dosa-dosa secara jelas dan terperinci tapi tidak bertele-tele dan jangan menggunakan “eufemisme” (bahasa halus yang membuat sesuatu terdengar lebih baik) serta diakukan dengan tulus penuh penyesalan. Yang wajib diakukan adalah dosa berat sedangkan dosa ringan tidaklah wajib tetapi dianjurkan. Jika kita melakukan pengakuan dosa dan tidak mengakui dosa besar yang telah kita perbuat, itu juga dosa dan kita perlu melakukan pengakuan dosa lagi dan mengakuinya, juga mengakui dosa bahwa kita telah melakukan pengakuan dosa sebelumnya namun dengan sengaja tidak menyebutkan dosa besar tersebut. Dengan mengakui dosa, kita mengakui kerahiman Allah dan mohon belas kasih kepadaNya.
  • Penitensi atau denda dosa; kita harus melakukan tindakan atau laku tobat untuk memulai hidup baru dalam bentuk doa, mati raga atau karya amal. Penitensi didasarkan atas keyakinan bahwa semakin besar dosa kita yang diampuni juga semakin besar kemurahan Allah yang kita terima.
  • Absolusi atau pengampunan dosa; kita menerima pengampunan Allah melalui pelayan Sakramen Tobat dan sekaligus menjadi tindakan Gereja menerima seorang pendosa kembali menjadi anggota komunitas.

Setiap orang beriman wajib mengaku dosa sekurang-kurangnya 2 (dua) kali setahun.

  • Berita
  • Frontpage
  • KAM
  • SSCC
  • Login